sumber: https://mediaaceh.co/2019/08/17/rapai-geleng-massal-abdya-pecahkan-rekor-dunia/
TENTANG MANAJEMEN
1.1 Pengantar
Manajemen adalah kegiatan mengelola atau mengurus sesuatu keperluan manusia. Dapat berbentuk sederhana seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga dalam mengelola keuangan keluarga, bisa pula berbentuk lebih kompleks seperti seorang pengusaha tempe dalam mengelola usahanya yang melibatkan banyak orang. Atau perusahaan yang lebih besar, seperti Perusahaan Terbatas Perkebunan Negara (PTPN) yang melibatkan ribuan pekerja atau buruh, mandor, kepala bagian, kepala cabang, asisten, direksi, dewan komisaris, dan seterusnya dengan sejumlah permasalahan yang kompleks.
Dalam bidang kesenian juga demikian. Bagi seniman yang masih baru menapaki dunianya, ia bisa mengelola dirinya dan produksi serta pemasarannya secara sendirian. Katakanlah ia seorang pelukis. Kemudian setelah lukisan produksinya maju, maka ia membutuhkan orang lain sebagai staf atau pembantunya, misalnya pembuat bingkai dan kanvas. Kemudian setelah itu, jika ia dikenal secara meluas baik nasional atau intemasional, ia memerlukan manajer yang dapat mengatur produksi jenis apa dan kepada siapa harus dijual atau dilelang. Manajer ini akan mencari semua peluang bisnis seni. Ia akan membentuk jaringan di tingkat global, dengan galeri-galeri intemasional yang memiliki nama. Sehingga manajemennya lebih kompleks dibanding ketika ia masih awal merintis karimya sebagai seniman seni rupa.
Dalam bentuk apa pun pekerjaan manusia, dalam rangka memenuhi kebutuhan sosioekonominya sehari-hari, ia memerlukan manajemen. Misalnya seorang guru sekolah menengah, ia pasti akan masuk ke dalam lingkungan yayasan pendidikan yang memiliki menajemen sendiri. Seorang nelayan akan masuk ke dalam himpunan nelayan yang biasanya memiliki koperasi yang bisa memberinya pinjaman untuk keperluan pekerjaan dan hidupnya, dengan manajemen yang khas pula. Demikian seterusnya, setiap manusia di dunia pasti akan mempraktikkan manajemen. Untuk itu perlu dipahami bagaimana kedudukan manajemen ini dalam konteks kebudayaan manusia.
1.2 Manajemen dalam Konteks Kebudayaan Manusia
Kebudayaan adalah segala gagasan dan kegiatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang dijadikan milik manusia melalui proses belajar (Koentjaraningrat 1980). Kebudayaan juga sering didefinisikan sebagai segala cipta, rasa, dan karsa manusia. Kebudayaan itu memiliki dimensi isi dan wujud. Isi kebudayaan terdiri dari dari tujuh unsur kebudayaan universal, sementara wujudnya ada tiga. Isi kebudayaan adalah: ekonomi, bahasa, teknologi, organisasi, sistem religi (agama), pendidikan, dan kesenian. Di sudut lain, kebudayaan terdiri dari tiga wujud, yaitu berupa: ide, kegiatan, dan benda-benda. Hubungan antara isi dan wujud kebudayaan ini dapat dilihat dari Bagan 1 berikut ini.
Pada Bagan 1 terlihat dengan jelas bahwa manusia selalu membentuk organisasi, manusia juga memiliki kesenian, dan manusia wajib bekerja untuk memenuhi keperluan ekonominya. Tiga unsur kebudayaan ini ditambah empat unsur lainnya sangat erat kaitannya dengan manajemen atau pengelolaan hidup manusia. Dengan demikian, masalah manajemen dalam kehidupan manusia, harus dilihat dalam konteks kebudayaan yang lebih holistik.
Bagan 1.
Hubungan Wujud dan Isi Kebudayaan
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia melakukan berbagai usaha, yang diperolehnya melalui proses belajar. Keperluan hidup ini mencakup berbagai aspek, seperti keperluan akan pangan, sandang, perumahan yang tercakup dalam bidang ekonomi. Begitu pula keperluan komunikasi dalam bentuk verbal melalui bahasa atau nonverbal. Keperluan lainnya adalah manusia selalu ingin mudah dalam bekerja sehingga muncul teknologi dan peralatan hidup. Di samping itu, manusia memerlukan hidup secara bersama, dan kemudian mendirikan organisasi-organisasi berdasar-kan kepentingan bersama seperti organisasi: etnik, keagamaan, pekerjaan, pendidikan, profesi, dan lainnya. Manusia adalah makhluk sosial, homo socius. Manusia juga memerlukan pendidikan, yang membedakannya dengan makhluk hewan. Berkat pendidikan ini, manusia memiliki peradaban (sivilisasi) dan berkembang dari masa ke masa. Pendidikan ada yang bersifat formal dan ada pula yang informal. Dalam rangka hidup di dunia ini manusia biasanya merasakan ada kekuatan yang menciptakan dan mengatur dirinya, serta ada kekuatan ghaib di luar alam nyata, maka manusia memerlukan sistem religi atau agama.
Selain itu, pada dasamya manusia memerlukan keindahan dalam kehidupannya. Keperluan terhadap keindahan ini dipenuhi oleh sebuah unsur budaya yang disebut kesenian, seni, atau lazim juga disebut seni budaya. Seni juga bermacam-macam bentuknya. Jika ia disajikan melalui dimensi nada dan rtime maka disebut seni musik. Jika disajikan melalui ruang, waktu, dan tenaga dengan peran utamanya tubuh manusia itu sendiri seni ini disebut tari. Jika menggunakan titik, wama, garis, ruang, dan sejenisnya disebut seni rupa. Jika menggunakan dialog bahasa, panggung, tata cahaya, tata busana, cerita dan sejenisnya disebut seni teater. Jika menggunakan paduan teknologi seperti intemet, televisi, radio, dan sejenisnya disebut seni media rekam.
Dalam rangka kegiatan berkesenian ini, manusia yang terlibat di dalamnya perlu sebuah sistem pengelolaan, agar prosesnya terjadi secara teratur, terarah, terpadu, dan mencapai sasaran. Oleh karena itu, maka diperlukan pengelolaan (manajemen). Cara mengelola kesenian ini ada yang berakar dari tradisi setempat, dan ada pula yang mengadopsi cara-cara pengelolaan organisasi kesenian dari Dunia Barat.
Cara-cara pengelolaan seni yang berakar dari tradisi seperti di Indonesia misalnya, masih kental bersuasana penonjolan pada pimpinan atau bintang, terutama jika menyangkut masalah honorarium. Kesenian tradisi Indonesia juga biasanya hanyalah dijadikan mata pencaharian sampingan, di samping mata pencaharian pokok. Jarang kelompok seni yang menekuni secara serius dan menjadi profesional yang mengutamakan pencaharian di bidang seni, terutama untuk seni yang memerlukan kelompok organisasi. Bahkan belakangan ini, ramai para seniman yang berpindah profesi menjadi ahli politik, terutama di bahagian eksekutif kepemerintahan, setelah era reformasi. Ini menunjukkan bahwa para seniman itu lebih suka “loncat pagar” ketimbang serius dengan profesi kesenimanannya Padahal dalam pengalaman manusia di dunia ini, bidang seni apabila dilakukan dengan serius menjadi andalam mata pencaharian yang begitu mencengangkan penghasilannya. Lihat saja penghasilan yang relatif besar para seniman seni rupa temama dunia, seperti Pablo Picasso, Raden Saleh, Basuki Abdullah, Affandi. Begitu juga pemain sinetron Anjas Asamara, Titi Kamal, dan lainnya. Penyanyi Ebiet G. Ade, Edi Silitonga, konduktor Adi M.S., Erwin Gutawa, pemusik Purwa Caraka. Itu adalah segelintir contoh seniman yang berhasil di dunianya. Mereka semuanya dapat berhasil ditentukan oleh cara pengelolaan, baik dari sisi produksi, organisasi, atau pemasaran. Pengelolan seni ini menjadi begitu penting apabila yang dihadapi adalah dunia industri seni, yang sangat kental dengan suasana bisnis. Bisnis seni sendiri begitu menonjol setelah dunia mengalami proses globalisasi. Untuk itu mari kita kaji bagaimana asal-usul istilah manajemen atau pengelolaan ini, dalam kontaks ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.
1.3 Asal-Usul Istilah Manajemen
Manajemen adalah sebuah istilah yang merupakan unsur serapan yang berasal dari bahasa Inggris management. Jika ditelusuri lebih jauh, maka kata ini berasal dari kata dalam bahasa Italia managgio, yang juga merujuk dari kata managgiare, serta dari bahasa Latin manus, yang artinya adalah tangan.
Dalam bahasa Inggris kata manage memiliki empat pengertian, yaitu: (a) to direct and control artinya membimbing dan mengawasi; (b) to treat with care artinya melakukan dengan seksama; (c) to carry on business or affairs artinya mengurus perdagangan (bisnis) atau persoalan-persoalan; dan (d) to achieve one’s purpose yang artinya mencapai tujuan tertentu (lihat Webster’s New Coolegiate Dictionary).
Sementara kata management, dalam kamus yang sama memiliki dua makna, yaitu: (a) act or art of managing, conduct, control, direction, yang artinya adalah kegiatan atau seni mengelola, memimpin, mengawasi, dan mengarahkan; (b) the collective body of those who manage any enterprise or interest yang artinya badan kolektif yang mengelola sesuatu perusahaan atau kepentingan.
1.4 Padanan Manajemen dalam Bahasa Indonesia
Dalam bahasa Indone4sia, terminologi manajemen dipadankan dengan beberapa kata yang memiliki nosi yang hampir sama. Penggunaannya juga tergantung kepada institusi yang ada di Indonesia. Misalnya di Lembaga Administrasi Negara digunakan istilah kepemimpinan. Di Universitas Indonesia pula, digunakan istilah ketatalaksanaan. Kemudian, di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta digunakan istilah pengurusan dan manajemen. Di Universitas Padjadjaran Bandung digunakan istilah pengurusan dan manajemen. Di Balai Pembinaan Administrasi Gama Yogyakarta digunakan istilah manajemen. Di lembaga Angkatan Darat digunakan istilah pembinaan. Di Universitas Sumatera Utara (dalam Fakultas Ekonomi) digunakan istilah manajemen.
Seorang pakar manajemen Prayudi Atmosudirjo mengusulkan penggunaan kata pengurusan, kepemimpinan, ketatalaksanaan, dan ketatapengurusan. Beberapa kalangan di Indonesia, mengusulkan padanan kata manajemen dengan kata pengelolaan. Bahkan dalam bidang kesenian, ada sebuah institusi yang mengurusi kesenian menggunakan kata Yayasan Kelola yang berpusat di Surakarta dipimpin oleh Sardono Waluyo Kusumo.
Dalam konteks kebudayaan etnik di Sumatera Utara, pada masyarakat Batak Toba, Mandailing, dan Angkola, selalu digunakan istilah mangatur, seperti yang tercermin dalam kalimat: “Ise na mangatur negara on?” (Siapa yang mengatur negara ini?). Biasanya dijawab: “Hepeng na mangatur negara on.” (Uang yang mengatur negara ini.) Walau agak sedikit menyindir, kalimat tanya dan jawaban itu umum dipahami dan diucapkan sebagai bahan wacana kritis masyarakat Sumatera Utara yang heterogen.
Kalau kita runtutkan asal-usul istilah kata manajemen dan padanannya dalam bahasa Indonesia, maka dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.
Selain itu, pada dasamya manusia memerlukan keindahan dalam kehidupannya. Keperluan terhadap keindahan ini dipenuhi oleh sebuah unsur budaya yang disebut kesenian, seni, atau lazim juga disebut seni budaya. Seni juga bermacam-macam bentuknya. Jika ia disajikan melalui dimensi nada dan rtime maka disebut seni musik. Jika disajikan melalui ruang, waktu, dan tenaga dengan peran utamanya tubuh manusia itu sendiri seni ini disebut tari. Jika menggunakan titik, wama, garis, ruang, dan sejenisnya disebut seni rupa. Jika menggunakan dialog bahasa, panggung, tata cahaya, tata busana, cerita dan sejenisnya disebut seni teater. Jika menggunakan paduan teknologi seperti intemet, televisi, radio, dan sejenisnya disebut seni media rekam.
Dalam rangka kegiatan berkesenian ini, manusia yang terlibat di dalamnya perlu sebuah sistem pengelolaan, agar prosesnya terjadi secara teratur, terarah, terpadu, dan mencapai sasaran. Oleh karena itu, maka diperlukan pengelolaan (manajemen). Cara mengelola kesenian ini ada yang berakar dari tradisi setempat, dan ada pula yang mengadopsi cara-cara pengelolaan organisasi kesenian dari Dunia Barat.
Cara-cara pengelolaan seni yang berakar dari tradisi seperti di Indonesia misalnya, masih kental bersuasana penonjolan pada pimpinan atau bintang, terutama jika menyangkut masalah honorarium. Kesenian tradisi Indonesia juga biasanya hanyalah dijadikan mata pencaharian sampingan, di samping mata pencaharian pokok. Jarang kelompok seni yang menekuni secara serius dan menjadi profesional yang mengutamakan pencaharian di bidang seni, terutama untuk seni yang memerlukan kelompok organisasi. Bahkan belakangan ini, ramai para seniman yang berpindah profesi menjadi ahli politik, terutama di bahagian eksekutif kepemerintahan, setelah era reformasi. Ini menunjukkan bahwa para seniman itu lebih suka “loncat pagar” ketimbang serius dengan profesi kesenimanannya Padahal dalam pengalaman manusia di dunia ini, bidang seni apabila dilakukan dengan serius menjadi andalam mata pencaharian yang begitu mencengangkan penghasilannya. Lihat saja penghasilan yang relatif besar para seniman seni rupa temama dunia, seperti Pablo Picasso, Raden Saleh, Basuki Abdullah, Affandi. Begitu juga pemain sinetron Anjas Asamara, Titi Kamal, dan lainnya. Penyanyi Ebiet G. Ade, Edi Silitonga, konduktor Adi M.S., Erwin Gutawa, pemusik Purwa Caraka. Itu adalah segelintir contoh seniman yang berhasil di dunianya. Mereka semuanya dapat berhasil ditentukan oleh cara pengelolaan, baik dari sisi produksi, organisasi, atau pemasaran. Pengelolan seni ini menjadi begitu penting apabila yang dihadapi adalah dunia industri seni, yang sangat kental dengan suasana bisnis. Bisnis seni sendiri begitu menonjol setelah dunia mengalami proses globalisasi. Untuk itu mari kita kaji bagaimana asal-usul istilah manajemen atau pengelolaan ini, dalam kontaks ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.
1.3 Asal-Usul Istilah Manajemen
Manajemen adalah sebuah istilah yang merupakan unsur serapan yang berasal dari bahasa Inggris management. Jika ditelusuri lebih jauh, maka kata ini berasal dari kata dalam bahasa Italia managgio, yang juga merujuk dari kata managgiare, serta dari bahasa Latin manus, yang artinya adalah tangan.
Dalam bahasa Inggris kata manage memiliki empat pengertian, yaitu: (a) to direct and control artinya membimbing dan mengawasi; (b) to treat with care artinya melakukan dengan seksama; (c) to carry on business or affairs artinya mengurus perdagangan (bisnis) atau persoalan-persoalan; dan (d) to achieve one’s purpose yang artinya mencapai tujuan tertentu (lihat Webster’s New Coolegiate Dictionary).
Sementara kata management, dalam kamus yang sama memiliki dua makna, yaitu: (a) act or art of managing, conduct, control, direction, yang artinya adalah kegiatan atau seni mengelola, memimpin, mengawasi, dan mengarahkan; (b) the collective body of those who manage any enterprise or interest yang artinya badan kolektif yang mengelola sesuatu perusahaan atau kepentingan.
1.4 Padanan Manajemen dalam Bahasa Indonesia
Dalam bahasa Indone4sia, terminologi manajemen dipadankan dengan beberapa kata yang memiliki nosi yang hampir sama. Penggunaannya juga tergantung kepada institusi yang ada di Indonesia. Misalnya di Lembaga Administrasi Negara digunakan istilah kepemimpinan. Di Universitas Indonesia pula, digunakan istilah ketatalaksanaan. Kemudian, di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta digunakan istilah pengurusan dan manajemen. Di Universitas Padjadjaran Bandung digunakan istilah pengurusan dan manajemen. Di Balai Pembinaan Administrasi Gama Yogyakarta digunakan istilah manajemen. Di lembaga Angkatan Darat digunakan istilah pembinaan. Di Universitas Sumatera Utara (dalam Fakultas Ekonomi) digunakan istilah manajemen.
Seorang pakar manajemen Prayudi Atmosudirjo mengusulkan penggunaan kata pengurusan, kepemimpinan, ketatalaksanaan, dan ketatapengurusan. Beberapa kalangan di Indonesia, mengusulkan padanan kata manajemen dengan kata pengelolaan. Bahkan dalam bidang kesenian, ada sebuah institusi yang mengurusi kesenian menggunakan kata Yayasan Kelola yang berpusat di Surakarta dipimpin oleh Sardono Waluyo Kusumo.
Dalam konteks kebudayaan etnik di Sumatera Utara, pada masyarakat Batak Toba, Mandailing, dan Angkola, selalu digunakan istilah mangatur, seperti yang tercermin dalam kalimat: “Ise na mangatur negara on?” (Siapa yang mengatur negara ini?). Biasanya dijawab: “Hepeng na mangatur negara on.” (Uang yang mengatur negara ini.) Walau agak sedikit menyindir, kalimat tanya dan jawaban itu umum dipahami dan diucapkan sebagai bahan wacana kritis masyarakat Sumatera Utara yang heterogen.
Kalau kita runtutkan asal-usul istilah kata manajemen dan padanannya dalam bahasa Indonesia, maka dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1.
Asal Usul Istilah Manajemen dan Padanannya
Asal Usul Istilah Manajemen dan Padanannya
1.5 Definisi Manajemen
Banyak pakar manajemen mendefinisikan istilah ini menurut perspektifnya masing-masing, namun masih ditemui “benang merah” apa yang mereka kemukakan. Di antara pakar itu adalah sebagai berikut ini.
(a) Koontz dan O’Donnell dalam bukunya yang bertajuk Principles of Management menyatakan definisi istilah ini sebagai management is getting thinks done through other people. Artinya manajemen adalah pelaksanaan pekerjaan bersama-sama orang lain.
(b) Livingstone dalam bukunya yang bertajuk The Engeneering of Organization and Management, mendefinisikan manajemen sebagai the function of management is to reach the goal by the best means, with the least expenditure of time and money, usually with the best use of existing facilities. Artinya fungsi manajemen adalah mencapai tujuan dengan cara-cara yang terbaik, yaitu dengan pengeluaran waktu dan uang sedikit-dikitnya, biasanya dengan menggunakan fasilitas yang ada sebaik-baiknya.
(c) Pakar lainnya yaitu Millet dalam bukunya yang bertajuk Management in the Public Service mendefenisikan manajemen sebagai berikut. Management is the process of directing and facilitating the work of people organized in formal group to achieve a desired end. Maksudnya, manajemen adalah sebuah proses pengarahan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan orang-orang yang terorganisasi dalam kelompok formal untuk mencapai satu tujuan yang dikehendaki.
(d) Sementara itu, Pfiffner dalam buku karyanya yang berjudul Public Administration mengemukakan definisi manajemen sebagai berikut. Management is concerned with the direction of these individuals and functions to achieve ends previously determined. Artinya manajemen memusatkan perhatian kepada pengarahan orang-orang dan memberikan fungsi-fungsi untuk mencapai berbagai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
(e) Waldo dalam tulisannya yang bertajuk Public Administration, mendefinisikan manajemen sebagai berikut: management is the action intended to achieve rational cooperation in an administrative system. Manajemen adalah tindakan yang bertujuan untuk memperoleh kerjasama yang rasional dalam satu sistem administrasi.
(f) Terry dalam bukunya yang bertajuk Principles of Management mendefinisikan manajemen sebagai berikut. Management is the accomplishing of predetermined objectives through the efforts of other people. Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan melalui usaha bersama-sama orang lain.
(g) Menurut Terry dan Rue (2000:1) manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan‑tujuan organisasional atau maksud‑maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, yang pelaksanaannya adalah disebut managing (pengelolaan) sedang pelaksananya disebut manajer atau pengelola.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh para pakar manajemen di atas, maka dapat ditarik kesimpulan tentang definisi manajemen sebagai berikut. (a) Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan dan pelaksanaan pekerjaan. (b) Manajemen merupakan sistem kerjasama yang koperatif dan rasional. (c) Manajemen menekankan perlunya prinsip-prinsip efisiensi. (d) Manajemen terikat kepada sistem kepemimpinan atau pembimbingan. Dalam konteks manajemen seni, sebuah organisasi kesenian mestilah memiliki tujuan serta aktivitasnya. Kalau seni pertunjukan melibatkan aktivitas seniman (musik, tari, teater, dan kru) serta penonton penikmat. Secara budaya didukung pula oleh masyarakatpemilik kesenian itu. Kelompok kesenian ini juga sebagai sebuah institusi tempat bekerjasamanya antara seniman. Tanpa kerjasama tentu tak akan lancar perjalanan sebuah organisasi kesenian. Kerjasama ini dibangun dengan prinsip-prinsip koperatif dan masuk akal atau rasional. Tanpa ini sebuah grup kesenian akan mengalami berbagai permasalahan. Kemudian agar kelompok kesenian itu, dapat hidup dan berkembang, terutama untuk sinerjinya antara pendapatan dan pengeluaran, maka harus ada efisiensi manajemen. Selanjutnya agar sebuah kelompok kesenian itu memiliki arah untuk emncapai tujuan yang telah ditetapkan harus ada sistem kepemimpinan, seperti harus adanya ketua dibantu oleh sekretaris, bendahara, pimpinan bidang produksi tari, pimpinan bidang produksi musik, manajer panggung, sampai kepada seniman, dan kru tata cahaya, tata busana, tata pentas, dan seterusnya. Yang dipimpin harus menghormati keputusan yang diambil berdasarkan keputusan bersama. Yang memimpin manajer juga mestilah bertipe integralistik, mengayomi, mau mendengar saran, agar kelompoknya berjalan dengan baik, lancar, dan terkoordinasi.
Dalam manajemen, seorang yang menjadi manajer akan mengambil alih kewajiban-kewajiban baru, yang seluruhnya bersifat "managerial." Yang penting di antaranya adalah meniadakan kecenderungan untuk melaksanakan sendiri semua urusan. Tugas‑tugas operasional, dicapai melalui usaha kerja para bawahan sang manajer. Pada hakikatnya, tugas seorang manajer adalah menggunakan usaha para bawahannya secara berdayaguna. Namun jarang para manajer yang benar‑benar menghabiskan waktunya dengan pengelolaan. Biasanya mereka melaksanakan suatu pekerjaan yang tidak bersifat manajemen. Oleh karenanya sistem pendelegasian dan pembagian tugas diperlukan sekali, agar manajer tidak kewalahan dan kelelahan menghadapi permasalahan dan tantangan.
Seperti tercermin dalam berbagai definisi di atas, maka biasanya manajemen dihubungkan dengan suatu kelompok. Memang seseorang itu biasanya mengurus urusan‑urusannya secara sendiri saja, tetapi dasar yang penting dalam manajemen adalah suatu kelompok usaha bersama (cooperative endeavor). Karena adanya berbagai keterbatasan orang perorangan, maka perlu mendayagunakan kelompok itu demi mencapai tujuan‑tujuan yang paling pribadi.
Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba. Para manajer dan orang yang terlibat dalam satu manajemen berusaha untuk mencapai hasil‑hasil tertentu, yang biasanya diungkapkan dengan istilah‑istilah objectives (tujuan) atau hal‑hal yang nyata. Usaha‑usaha kelompok itu memberi sumbangannya kepada pencapaian‑pencapaian dalam konteks tujuan yang telah ditetapkan. Mungkin manajemen dapat digambarkan sebagai tidak nyata, karena ia tidak dapat dilihat, tetapi hanya terbukti oleh hasil‑hasil yang ditimbulkannya (output) atau hasil kerja yang memadai, kepuasan manusiawi dan hasil‑hasil produksi serta jasa yang lebih baik.
Manajemen dapat dikategorikan sebagai sains (ilmu pengetahuan) dan seni sekali gus. Terjadi perkembangan yang teratur manajemen sebagai satu ilmu pengetahuan, yang berdasar kepada kepada kebenaran‑kebenaran umum. Hubungan-hubungan sebab dan akibat antar variabel dalam manajemen, sudah ditentukan dan diungkapkan dalam bentuk generalisasi, yang tunduk kepada penelitian selanjutnya dan disesuaikan dengan pengetahuan baru. Semua ilmu pengetahuan bersifat dinamis, termasuk manajemen. Jika sains tidak dinamik, maka sekarang kita tidak akan memiliki banyak ilmu, yang kita ambil dari orang‑orang Mesir Kuno atau penduduk Kekaisaran Romawi, ilmuwan China, India, Timur Tengah dan lainnya. Seandainya manusia ini tidak saling belajar ilmu, tentu saja ilmu matematika tak akan maju, karena angka nol ditemukan di India dan Timur Tengah, begitu juga aljabar disebarkan dari Timur Tengah, berbagai teknologi canggih dipelajari daripusat-pusat ilmu teknologi seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.
Seni adalah pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan. Seni adalah kecakapan yang diiperoleh dari pengalaman, pengamatan, pelajaran, serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. Seni manajemen memerlukan kreativitas, atas dasar ilmu manajemen. Oleh karena itu sains dan seni dalam bidang manajemen saling melengkapi.
Untuk dapat membedakan pengertian ilmu (sains) dengan seni (art), dalam konteks manajemen, kita boleh merujuk pendapat Terry dalam bukunya Principles of Management seperti dituangkan dalam Tabel 2 berikut ini.
Banyak pakar manajemen mendefinisikan istilah ini menurut perspektifnya masing-masing, namun masih ditemui “benang merah” apa yang mereka kemukakan. Di antara pakar itu adalah sebagai berikut ini.
(a) Koontz dan O’Donnell dalam bukunya yang bertajuk Principles of Management menyatakan definisi istilah ini sebagai management is getting thinks done through other people. Artinya manajemen adalah pelaksanaan pekerjaan bersama-sama orang lain.
(b) Livingstone dalam bukunya yang bertajuk The Engeneering of Organization and Management, mendefinisikan manajemen sebagai the function of management is to reach the goal by the best means, with the least expenditure of time and money, usually with the best use of existing facilities. Artinya fungsi manajemen adalah mencapai tujuan dengan cara-cara yang terbaik, yaitu dengan pengeluaran waktu dan uang sedikit-dikitnya, biasanya dengan menggunakan fasilitas yang ada sebaik-baiknya.
(c) Pakar lainnya yaitu Millet dalam bukunya yang bertajuk Management in the Public Service mendefenisikan manajemen sebagai berikut. Management is the process of directing and facilitating the work of people organized in formal group to achieve a desired end. Maksudnya, manajemen adalah sebuah proses pengarahan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan orang-orang yang terorganisasi dalam kelompok formal untuk mencapai satu tujuan yang dikehendaki.
(d) Sementara itu, Pfiffner dalam buku karyanya yang berjudul Public Administration mengemukakan definisi manajemen sebagai berikut. Management is concerned with the direction of these individuals and functions to achieve ends previously determined. Artinya manajemen memusatkan perhatian kepada pengarahan orang-orang dan memberikan fungsi-fungsi untuk mencapai berbagai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
(e) Waldo dalam tulisannya yang bertajuk Public Administration, mendefinisikan manajemen sebagai berikut: management is the action intended to achieve rational cooperation in an administrative system. Manajemen adalah tindakan yang bertujuan untuk memperoleh kerjasama yang rasional dalam satu sistem administrasi.
(f) Terry dalam bukunya yang bertajuk Principles of Management mendefinisikan manajemen sebagai berikut. Management is the accomplishing of predetermined objectives through the efforts of other people. Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan melalui usaha bersama-sama orang lain.
(g) Menurut Terry dan Rue (2000:1) manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan‑tujuan organisasional atau maksud‑maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, yang pelaksanaannya adalah disebut managing (pengelolaan) sedang pelaksananya disebut manajer atau pengelola.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh para pakar manajemen di atas, maka dapat ditarik kesimpulan tentang definisi manajemen sebagai berikut. (a) Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan dan pelaksanaan pekerjaan. (b) Manajemen merupakan sistem kerjasama yang koperatif dan rasional. (c) Manajemen menekankan perlunya prinsip-prinsip efisiensi. (d) Manajemen terikat kepada sistem kepemimpinan atau pembimbingan. Dalam konteks manajemen seni, sebuah organisasi kesenian mestilah memiliki tujuan serta aktivitasnya. Kalau seni pertunjukan melibatkan aktivitas seniman (musik, tari, teater, dan kru) serta penonton penikmat. Secara budaya didukung pula oleh masyarakatpemilik kesenian itu. Kelompok kesenian ini juga sebagai sebuah institusi tempat bekerjasamanya antara seniman. Tanpa kerjasama tentu tak akan lancar perjalanan sebuah organisasi kesenian. Kerjasama ini dibangun dengan prinsip-prinsip koperatif dan masuk akal atau rasional. Tanpa ini sebuah grup kesenian akan mengalami berbagai permasalahan. Kemudian agar kelompok kesenian itu, dapat hidup dan berkembang, terutama untuk sinerjinya antara pendapatan dan pengeluaran, maka harus ada efisiensi manajemen. Selanjutnya agar sebuah kelompok kesenian itu memiliki arah untuk emncapai tujuan yang telah ditetapkan harus ada sistem kepemimpinan, seperti harus adanya ketua dibantu oleh sekretaris, bendahara, pimpinan bidang produksi tari, pimpinan bidang produksi musik, manajer panggung, sampai kepada seniman, dan kru tata cahaya, tata busana, tata pentas, dan seterusnya. Yang dipimpin harus menghormati keputusan yang diambil berdasarkan keputusan bersama. Yang memimpin manajer juga mestilah bertipe integralistik, mengayomi, mau mendengar saran, agar kelompoknya berjalan dengan baik, lancar, dan terkoordinasi.
Dalam manajemen, seorang yang menjadi manajer akan mengambil alih kewajiban-kewajiban baru, yang seluruhnya bersifat "managerial." Yang penting di antaranya adalah meniadakan kecenderungan untuk melaksanakan sendiri semua urusan. Tugas‑tugas operasional, dicapai melalui usaha kerja para bawahan sang manajer. Pada hakikatnya, tugas seorang manajer adalah menggunakan usaha para bawahannya secara berdayaguna. Namun jarang para manajer yang benar‑benar menghabiskan waktunya dengan pengelolaan. Biasanya mereka melaksanakan suatu pekerjaan yang tidak bersifat manajemen. Oleh karenanya sistem pendelegasian dan pembagian tugas diperlukan sekali, agar manajer tidak kewalahan dan kelelahan menghadapi permasalahan dan tantangan.
Seperti tercermin dalam berbagai definisi di atas, maka biasanya manajemen dihubungkan dengan suatu kelompok. Memang seseorang itu biasanya mengurus urusan‑urusannya secara sendiri saja, tetapi dasar yang penting dalam manajemen adalah suatu kelompok usaha bersama (cooperative endeavor). Karena adanya berbagai keterbatasan orang perorangan, maka perlu mendayagunakan kelompok itu demi mencapai tujuan‑tujuan yang paling pribadi.
Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba. Para manajer dan orang yang terlibat dalam satu manajemen berusaha untuk mencapai hasil‑hasil tertentu, yang biasanya diungkapkan dengan istilah‑istilah objectives (tujuan) atau hal‑hal yang nyata. Usaha‑usaha kelompok itu memberi sumbangannya kepada pencapaian‑pencapaian dalam konteks tujuan yang telah ditetapkan. Mungkin manajemen dapat digambarkan sebagai tidak nyata, karena ia tidak dapat dilihat, tetapi hanya terbukti oleh hasil‑hasil yang ditimbulkannya (output) atau hasil kerja yang memadai, kepuasan manusiawi dan hasil‑hasil produksi serta jasa yang lebih baik.
Manajemen dapat dikategorikan sebagai sains (ilmu pengetahuan) dan seni sekali gus. Terjadi perkembangan yang teratur manajemen sebagai satu ilmu pengetahuan, yang berdasar kepada kepada kebenaran‑kebenaran umum. Hubungan-hubungan sebab dan akibat antar variabel dalam manajemen, sudah ditentukan dan diungkapkan dalam bentuk generalisasi, yang tunduk kepada penelitian selanjutnya dan disesuaikan dengan pengetahuan baru. Semua ilmu pengetahuan bersifat dinamis, termasuk manajemen. Jika sains tidak dinamik, maka sekarang kita tidak akan memiliki banyak ilmu, yang kita ambil dari orang‑orang Mesir Kuno atau penduduk Kekaisaran Romawi, ilmuwan China, India, Timur Tengah dan lainnya. Seandainya manusia ini tidak saling belajar ilmu, tentu saja ilmu matematika tak akan maju, karena angka nol ditemukan di India dan Timur Tengah, begitu juga aljabar disebarkan dari Timur Tengah, berbagai teknologi canggih dipelajari daripusat-pusat ilmu teknologi seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.
Seni adalah pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan. Seni adalah kecakapan yang diiperoleh dari pengalaman, pengamatan, pelajaran, serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. Seni manajemen memerlukan kreativitas, atas dasar ilmu manajemen. Oleh karena itu sains dan seni dalam bidang manajemen saling melengkapi.
Untuk dapat membedakan pengertian ilmu (sains) dengan seni (art), dalam konteks manajemen, kita boleh merujuk pendapat Terry dalam bukunya Principles of Management seperti dituangkan dalam Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2.
Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni
Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni
Referensi
Takari, Muhammad. 2008. Manajemen Seni. Medan: Studia Kultura.
Takari, Muhammad. 2008. Manajemen Seni. Medan: Studia Kultura.