SEPUTAR SENI
1. Definisi Seni Pertunjukan
Istilah seni pertunjukan atau sering juga disebut seni persembahan serta pertunjukan budaya dalam bahasa Indonesia dan Malaysia adalah sebagai padanan istilah performing art atau cultural performance dalam bahasa Inggris. Menurut Murgiyanto (1995) kajian-kajian keilmuan mengenai seni terbagi ke dalam rumpun-rumpun seni: (a) seni pertunjukan, yang di dalamnya terdiri lagi dari percabangan seni musik, tarian, dan teater. Bidang kajian disiplin ini meluaskan diri sampai kepada sirkus, kabaret, olah raga, ritual, upacara, prosesi pemakaman, dan lain-lainnya. (b) Seni visual atau seni tampak yang terdiri dari seni mumi, seni patung, kerajinan atau kriya, lukis, disai grafis, disain interior, disain eksterior, reklame dan lain-lainnya. (c) Seni media rekam, yang terdiri dari: televisi, radio, komputer, intemet, dan lain-lainnya.
Seni sastra umumnya menjadi bahagian kajian dari ilmu sastra atau linguistik, seni arsitektur atau seni bina menjadi bahagian kajian dari ilmu teknik. Namun kesemua bidang ini saling memiliki hubungan teoretis, metodologis dan sejarah dalam ilmu pengetahuan manusia.
Ilmu seni pertunjukan telah menjadi sebuah disiplin ilmu yang mencuba menerapkan berbagai-bagai kajian dan metodologi, yang sifatnya integratif dan interdisiplin. Dalam disiplin seni pertunjukan ini, para ilmuwannya selalu menggunakan pendekatan perbandingan. Bahwa seni pertunjukan dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang merangkumi aktivitas-aktivitas seperti olah raga, sirkus, perayaan, upacara yang sifatnya sosial. Begitu pula pelbagai aktivitas yang sifatnya lebih menekankan kepada aspek estetika seperti dalam seni musik, tarian dan teater.
Seni pertunjukan sebagai sebuah disiplin ilmu coba dikembangkan melalui pelbagai metode dan teorinya oleh para ilmuwannya. Para ilmuwan seni pertunjukan ini coba mengem-bangkan sekumpulan konsep dan pendekatan keilmuan yang bersifat saintifik, menjelajahi pelbagai teori dan metodologi merangkumi disiplin-disiplin antropologi, sosiologi, sejarah, teori sastra, semiotika, analisis struktural, analisis fungsional, teori feminimisme, etnologi, analisis gerak tari dan teater, psikologi perseptual, estetika dan teori seni pertunjukan itu sendiri. Dalam rangka memberikan perspektif pertunjukan yang terintegrasi, tari dan musik tidak hanya dipelajari sebagai pertunjukan yang berdiri sendiri tetapi merupakan bahagian dari teater, upacara, dan kehidupan sosiobudaya manusia.
Seni pertunjukan yang didukung oleh musik, tari, dan teater menjadi satu bahagian dari konsep estetika. Musik sendiri adalah sebuah aktivitas yang material dasamya adalah bunyi-bunyian yang mengandung nada dan ritem tertentu. Sementara seni tari menggunakan medium utamanya yaitu gerak-gerik tubuh manusia, dan teater melibatkan pelbagai medium, baik bunyi-bunyian, gerak-geri, alam sekitar, maupun bahasa dan sastra. Dengan demikian dalam seni pertunjukan pendekatan struktural atau teks dan fungsional atau konteks menjadi bahagian yang saling berintegrasi dan saling mendukung. Dalam seni pertunjukan Melayu misalnya, biasanya satu genre tertentu telah mengandung musik atau tari dan teater sekaligus. Namun ada yang mengandung satu bidang saja (Sal Murgiyanto 1995). Demikian konsep dan definisi tentang seni pertunjukan. Berikutnya kita kaji definisi dan konsep mengenai lagu atau yang juga sering disebut musik vokal, vokal, atau nyanyian.
2.2 Definisi Musik
Dalam Kamus Dewan (2002) musik didefinisikan sebagai gubahan bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah. Seterusnya dalam Wikipedia Indonesia (2007) musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam, misalnya bunyi yang dianggap enak oleh pendengamya, segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik .
Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali. Musik menurut Aristoteles (fulsuf Yunani) mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang.
Alat musik tradisional, contohnya untuk alat musik petik: gitar, kecapi, sasando, banjo, ukulele, mandolin, harpa, gambus. Alat musik gesek: biola, rebab, cello. Alat musik ketuk: organ, piano, harpsichord. Alat musik tiup: seruling, terompet, trombon, harmonika, pianika, dan rekorder. Alat musik pukul: tamborin, jidor, rebana, dan gamelan. Alat musik moden: gitar listrik, organ, akordeon, drum.
Berikut adalah contoh aliran/genre utama dalam musik. Masing-masing genre terbagi lagi menjadi beberapa sub-genre. Pengkategorian musik seperti ini, meskipun terkadang merupakan hal yang subjektif, namun merupakan salah satu ilmu yang dipelajari dan ditetapkan oleh para ahli musik dunia. Dalam beberapa dekade terakhir, dunia musik mengalami banyak perkembangan. Banyak jenis musik baru yang lahir dan berkembang. Contohnya musik triphop yang merupakan perpaduan antara beat-beat elektronik dengan musik pop yang ringan dan enak didengar. Contoh musisi yang mengusung jenis musik ini adalah Frou Frou, Sneaker Pimps, dan Lamb. Ada juga hip-hop rock yang diusung oleh Linkin Park. Belum lagi dance rock dan neo wave rock yang kini sedang trend. banyak kelompok musik baru yang berkibar dengan jenis musik ini, antara lain Franz Ferdinand, Bloc Party, The Killers, The Bravery dan masih banyak lagi. Bahkan sekarang banyak pula grup musik yang mengusung lagu berbahasa daerah di Indonesia dengan irama musik rock, jazz dan blues. Grup musik yang membawa aliran baru ini di Indonesia sudah cukup banyak salah satunya adalah Funk de Java yang mengusung lagu berbahasa Jawa dalam musik rock. Demikian sekias mengenai definisi musik. Selanjutnya kita lihat definisi tari atau tarian atau dalam bahasa Inggersis dance.
2.3 Definisi Tari
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan gerak. Misalnya mencuci, makan, minum, bekerja, dan seterusnya. Bahkan sejak lahir pun manusia telah bergerak. Gerakan ini apabila digunakan untuk memenuhi keperluan estetis dan distilisasi, menjadi gerak tari. Dalam Encyclopedia Brittanica yang dimaksud tari adalah sebagai berikut.
Dance, the movement of the body in a rhythmic way, usually to music and within a given space, for the purpose of expressing an idea or emotion, releasing energy, or simply taking delight in the movement itself.
Dance is a powerful impulse, but the art of dance is that impulse channeled by skillful performers into something that becomes intensely expressive and that may delight spectators who feel no wish to dance themselves. These two concepts of the art of dance—dance as a powerful impulse and dance as a skillfully choreographed art practiced largely by a professional few—are the two most important connecting ideas running through any consideration of the subject. In dance, the connection between the two concepts is stronger than in some other arts, and neither can exist without the other.
Although the above broad definition covers all forms of the art, philosophers and critics throughout history have suggested different definitions of dance that have amounted to little more than descriptions of the kind of dance with which each writer was most familiar. Thus, Aristotle's statement in the Poetics that dance is rhythmic movement whose purpose is “to represent men's characters as well as what they do and suffer” refers to the central role that dance played in classical Greek theatre, where the chorus through its movements reenacted the themes of the drama during lyric interludes (Encyclopedia Britanica 2007).
Tari adalah gerakan tubuh menurut cara-cara ritmik, biasanya menggunakan iringan musik dan tergantung kepada ruang. Untuk tujuan mengekspresikan sesebuah idea atau emosi, pelepasan/pembebasan energi atau secara sederhana menerima dengan senang hati gerakan itu sendiri.
Tari merupakan sebuah impuls (dorongan) yang kuat, namun dalam bentuknya yaitu seni tari, dorongan itu diarahkan oleh keahlian penari menjadi sesuatu yang secara intens ekspresif, dan boleh menyenangkan penonton, yang merasa tidak ingin atau tidak mampu untuk menari. Ada dua konsep dalam seni tari, yaitu pertama tari sebagai dorongan yang kuat, dan kedua tari sebagai sebuah seni koreografi yang penuh dengan kemahiran, yang hanya dapat dipraktikkan secara luas oleh sedikit penari profesional. Keduanya adalah hal yang paling penting dalam menghubungkan gagasan dengan subjek tari.
Meskipun definisi luas seperti tersebut di atas berlaku pada semua bentuk seni, para filosof dan ahli kritik, melalui sejarah ilmu pengethuan telah mengemukakan berbagai definisi yang berbeda mengenai tari, baik dari yang mendefinisikannya secara luas atau lebih sederhana. Namun definisi tersebut di atas adalah yang paling terkenal di kalangan para penulis tari. Misalnya Aristoteles dalam tulisannya Poetics, yang menyatakan bahwa tari adalah gerakan ritmik yang bertujuan “untuk menghadirkan karakter manusia, apa yang dilakukannya dan apa yang dirasakannya.” Ini merujuk kepada peran utama bahwa tari dipersembahkan pada teater Yunani, yang mana bersama-sama paduan suara dengan gerakan memainkan tema-tema irama, semasa interlude lirik dipersembahkan.
Seorang master tari balet dari Inggeris John Weaver, menulis tahun 1721, yang berargumentasi bahwa tari adalah gerakan yang rapi, dan gerakan yang regular, secara harmoni mengkomposisikan keindahan perilaku, yang berlawanan dengan kegemalaian postur tubuh, dan menjadi bahagian dari postur tubuh itu. Apa yang dikemukakan oleh John Weaver itu tampaknya sangat relevan untuk mendeskripsikan aspek ekspresi dalam balet, yang meformalisasikan estetika dan emosi penari. Pada abad ke-19 seorang ahli sejarah tari dari Perancis, Gaston Vuilier, juga menekanan kualitas lemah lembut, harmoni, dan keindahan dalam tarian, yang berbeda dengan tari yang “benar” yang secara spontanitias boleh digerakkan oleh setiap orang.
Seni koreografi pula mungkin belum dikenal pada masa awal tumbuhnya kebudayaan manusia. Orang-orang saat ini, yang hidup di hutan, masih menari dalam bentuk kasar dan baru merefleksikan ritmik postur. John Martin, seorang ahli kritik tari abad ke-20 menyatakan bahwa tari memegang peran utama sebagai ekspresi fisik dari emosi intemal manusia.
Definisi yang universal mengenai tari haruslah dikembalikan kepada prinsip-prinsip asas tari sebagai sebuah bentuk seni atau aktivitas yang menggunakan tubuh dan gerak yag boleh dilakukan oleh tubuh manusia. Tidak sama dengan gerakan yang kita lakukan sehari-hari, gerak tari tidaklah langsung diarahkan untuk bekerja, berpergian atau mempertahankan hidup. Walau bagaimanapun, sebahagian besar praktik tari, gerakannya diperuntukkan sebagai ekspresi, penikmatan estetika, dan hiburan.
Salah satu motif tari yang paling dasar adalah mengekspresikan dan mengkomunikasikan emosi. Manusia dan juga beberapa jenis hewan selalu menari dengan cara menyalurkan perasaan. Motif tari ini bukan saja diperkuat oleh gerakan meloncat, menghentakkan kaki dan melompat-lompat namun juga didukung oleh emosi yang intens. Tari juga ada yang menggunakan gerak-gerak yang formal, seperti tarian perang pada masyarakat tribal atau tarian rakyat untuk festival. Di sini tari membantu untuk menghasilkan emosi-emosi dan kemudian melepaskannya.
Masyarakat juga menari untuk menikmati pengalaman tubuh dan mengitari alam persekitaran dalam cara yang khas. Tari juga melibatkan gerakan yang ekstrim, seperti melenturkan atau meregangkan tangan, memalingkan wajah ke belakang dan berbagai gerak lainnya. Tari juga melibatkan gerakan yang cenderung diorganisasikan kepada pola-pola ritmik khusus, seperti melangkah membentuk garis, mengitari lantai, menuruti langkah-langkah tertentu, membentuk pola aksen reguler, atau melakukan penekanan gerak.
Semua karakteristik tari dapat menghasilkan keadaan pikiran dan tubuh yang berbeda yang diperoleh dari pengalaman seharian. Tari juga selalu dihubungkaitkan dengan energi atau tenaga. Para penari menjadi lebih dapat mengelola tubuh dan gravitasi. Tari boleh menghsilkan berbagai persepsi mengenai ruang dan waktu terhadap penari. Waktu ditandai oleh susunan ritmik atau gerakan dan oleh durasi tari, sedangkan ruang diorganisasikan oleh keseluruhan gerak penari yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain di pentas.
Dalam kebudayan Barat, para penari umumnya bercita-cita dari sekedar penari amatir (amateur) menjadi penari profesional. Atau menurut sejarah awalnya tari dipersembahkan dalam konteks amatir dan kemudian sesuai perkembangan zaman tari dipersembahkan secara professional. Tari pada masa awal bertujuan difungsikan untuk tujuan religi dan dipraktikkan dalam upacara ritual.
Secara frekuensi, dalam tarian religius, para penari adalah subjek dari latihan fisik yang intensif dan juga menjadi bahagian dari spiritual itu sendiri. Para penari religius ini mendapat posisi sosial tertentu di dalam sesebuah masyarakat. Di dalam masyarakat Hawaii misalnya penari hula, menjadi bahagian dari upacara yang sifatnya sakral dan tertutup. Sementara di India para penari religius dipandang sebagai titisan dewa atu perantara dengan para dewa (Encyclopedia Brittanica 2007).
Tari adalah satu cabang kesenian yang adakalanya berdiri sendiri namun tak jarang pula digunakan dalam seni teater. Dalam budaya Melayu misalnya, berbagai teater mempergunakan seni tari, seperti ada teater makyong, jikei, mek mulung, mendu, menhora dan lainnya. Tari-tarian dalam teater ini sering disebut sebagai tarian teater, kerana fungsi uamanya mendukung situasi dan perwatakan dalam sebuah teater.
Kategori lainnya oleh para pakar tari biasanya dibedakan antara tarian sosial dan tarian rakyat. Perbedaan kedua-dua kategori tari ini juga adalah berasaskan kepada fungsinya di dalam kebudayaan masyarakat. Tari sosial adalah tari yang difungsikan untuk komunikasi dan pergaulan sosial baik untuk masyarakat homogen maupun masyarakat yang heterogen. Dalam kebudayaan Melayu, tari sosial ini contohnya adalah joget, ronggeng, dondang sayang, ahoi dan lainnya. Dalam masyarakat Batak Toba misalnya tari tumba, gondang dan tortor naposo, dan lain-lain.
Sementara itu yang dimaksud dengan tarian rakyat adalah tari tradisional yang hidup dari zaman ke zaman, dan difungsikan dalam pelbagai aktivitas rakyat sebuah kawasan. Dalam kebudayaan Melayu tari rakyat ini contohnya adalah serampang dua belas, tari gubang, tari senandung, tari jala, tari lukah menari, tari inai, tari keris, dan seterusnya. Demikian deskripsi singkat mengenai konsep dan definisi seni pertunjukan, musik, dan tari yang penulis gunakan untuk memperjelas dan mengarahkan konsep serta analisis terhadap manajemen seni.
Dari konsep-konsep atau definisi mengenai kesenian di atas, terlihat dengan jelas bahwa dalam berkesenian pun seseorang itu selain sebagai individu dalam pertunjukan selalu juga melibatkan kelompok sosial senimannya. Seniman-seniman ini ada yang sebagai pemusik, penari, penata rias, penata panggung, manajer pertunjukan, pengawas pertunjukan, produser seni, dan seterusnya. Jadi bagaimanapun diperlukansistem manajemen yang baik, reguler, teratur, dan berkesinambungan agar pertunjukan budaya ini berlangsung terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selain itu dengan adanya pertunjukan budaya, mereka akan mendapatkan penghasilan, dan bisa saja menjadi mata pencaharian utama dalam hidupnya.
Istilah seni pertunjukan atau sering juga disebut seni persembahan serta pertunjukan budaya dalam bahasa Indonesia dan Malaysia adalah sebagai padanan istilah performing art atau cultural performance dalam bahasa Inggris. Menurut Murgiyanto (1995) kajian-kajian keilmuan mengenai seni terbagi ke dalam rumpun-rumpun seni: (a) seni pertunjukan, yang di dalamnya terdiri lagi dari percabangan seni musik, tarian, dan teater. Bidang kajian disiplin ini meluaskan diri sampai kepada sirkus, kabaret, olah raga, ritual, upacara, prosesi pemakaman, dan lain-lainnya. (b) Seni visual atau seni tampak yang terdiri dari seni mumi, seni patung, kerajinan atau kriya, lukis, disai grafis, disain interior, disain eksterior, reklame dan lain-lainnya. (c) Seni media rekam, yang terdiri dari: televisi, radio, komputer, intemet, dan lain-lainnya.
Seni sastra umumnya menjadi bahagian kajian dari ilmu sastra atau linguistik, seni arsitektur atau seni bina menjadi bahagian kajian dari ilmu teknik. Namun kesemua bidang ini saling memiliki hubungan teoretis, metodologis dan sejarah dalam ilmu pengetahuan manusia.
Ilmu seni pertunjukan telah menjadi sebuah disiplin ilmu yang mencuba menerapkan berbagai-bagai kajian dan metodologi, yang sifatnya integratif dan interdisiplin. Dalam disiplin seni pertunjukan ini, para ilmuwannya selalu menggunakan pendekatan perbandingan. Bahwa seni pertunjukan dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang merangkumi aktivitas-aktivitas seperti olah raga, sirkus, perayaan, upacara yang sifatnya sosial. Begitu pula pelbagai aktivitas yang sifatnya lebih menekankan kepada aspek estetika seperti dalam seni musik, tarian dan teater.
Seni pertunjukan sebagai sebuah disiplin ilmu coba dikembangkan melalui pelbagai metode dan teorinya oleh para ilmuwannya. Para ilmuwan seni pertunjukan ini coba mengem-bangkan sekumpulan konsep dan pendekatan keilmuan yang bersifat saintifik, menjelajahi pelbagai teori dan metodologi merangkumi disiplin-disiplin antropologi, sosiologi, sejarah, teori sastra, semiotika, analisis struktural, analisis fungsional, teori feminimisme, etnologi, analisis gerak tari dan teater, psikologi perseptual, estetika dan teori seni pertunjukan itu sendiri. Dalam rangka memberikan perspektif pertunjukan yang terintegrasi, tari dan musik tidak hanya dipelajari sebagai pertunjukan yang berdiri sendiri tetapi merupakan bahagian dari teater, upacara, dan kehidupan sosiobudaya manusia.
Seni pertunjukan yang didukung oleh musik, tari, dan teater menjadi satu bahagian dari konsep estetika. Musik sendiri adalah sebuah aktivitas yang material dasamya adalah bunyi-bunyian yang mengandung nada dan ritem tertentu. Sementara seni tari menggunakan medium utamanya yaitu gerak-gerik tubuh manusia, dan teater melibatkan pelbagai medium, baik bunyi-bunyian, gerak-geri, alam sekitar, maupun bahasa dan sastra. Dengan demikian dalam seni pertunjukan pendekatan struktural atau teks dan fungsional atau konteks menjadi bahagian yang saling berintegrasi dan saling mendukung. Dalam seni pertunjukan Melayu misalnya, biasanya satu genre tertentu telah mengandung musik atau tari dan teater sekaligus. Namun ada yang mengandung satu bidang saja (Sal Murgiyanto 1995). Demikian konsep dan definisi tentang seni pertunjukan. Berikutnya kita kaji definisi dan konsep mengenai lagu atau yang juga sering disebut musik vokal, vokal, atau nyanyian.
2.2 Definisi Musik
Dalam Kamus Dewan (2002) musik didefinisikan sebagai gubahan bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah. Seterusnya dalam Wikipedia Indonesia (2007) musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam, misalnya bunyi yang dianggap enak oleh pendengamya, segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik .
Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali. Musik menurut Aristoteles (fulsuf Yunani) mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang.
Alat musik tradisional, contohnya untuk alat musik petik: gitar, kecapi, sasando, banjo, ukulele, mandolin, harpa, gambus. Alat musik gesek: biola, rebab, cello. Alat musik ketuk: organ, piano, harpsichord. Alat musik tiup: seruling, terompet, trombon, harmonika, pianika, dan rekorder. Alat musik pukul: tamborin, jidor, rebana, dan gamelan. Alat musik moden: gitar listrik, organ, akordeon, drum.
Berikut adalah contoh aliran/genre utama dalam musik. Masing-masing genre terbagi lagi menjadi beberapa sub-genre. Pengkategorian musik seperti ini, meskipun terkadang merupakan hal yang subjektif, namun merupakan salah satu ilmu yang dipelajari dan ditetapkan oleh para ahli musik dunia. Dalam beberapa dekade terakhir, dunia musik mengalami banyak perkembangan. Banyak jenis musik baru yang lahir dan berkembang. Contohnya musik triphop yang merupakan perpaduan antara beat-beat elektronik dengan musik pop yang ringan dan enak didengar. Contoh musisi yang mengusung jenis musik ini adalah Frou Frou, Sneaker Pimps, dan Lamb. Ada juga hip-hop rock yang diusung oleh Linkin Park. Belum lagi dance rock dan neo wave rock yang kini sedang trend. banyak kelompok musik baru yang berkibar dengan jenis musik ini, antara lain Franz Ferdinand, Bloc Party, The Killers, The Bravery dan masih banyak lagi. Bahkan sekarang banyak pula grup musik yang mengusung lagu berbahasa daerah di Indonesia dengan irama musik rock, jazz dan blues. Grup musik yang membawa aliran baru ini di Indonesia sudah cukup banyak salah satunya adalah Funk de Java yang mengusung lagu berbahasa Jawa dalam musik rock. Demikian sekias mengenai definisi musik. Selanjutnya kita lihat definisi tari atau tarian atau dalam bahasa Inggersis dance.
2.3 Definisi Tari
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan gerak. Misalnya mencuci, makan, minum, bekerja, dan seterusnya. Bahkan sejak lahir pun manusia telah bergerak. Gerakan ini apabila digunakan untuk memenuhi keperluan estetis dan distilisasi, menjadi gerak tari. Dalam Encyclopedia Brittanica yang dimaksud tari adalah sebagai berikut.
Dance, the movement of the body in a rhythmic way, usually to music and within a given space, for the purpose of expressing an idea or emotion, releasing energy, or simply taking delight in the movement itself.
Dance is a powerful impulse, but the art of dance is that impulse channeled by skillful performers into something that becomes intensely expressive and that may delight spectators who feel no wish to dance themselves. These two concepts of the art of dance—dance as a powerful impulse and dance as a skillfully choreographed art practiced largely by a professional few—are the two most important connecting ideas running through any consideration of the subject. In dance, the connection between the two concepts is stronger than in some other arts, and neither can exist without the other.
Although the above broad definition covers all forms of the art, philosophers and critics throughout history have suggested different definitions of dance that have amounted to little more than descriptions of the kind of dance with which each writer was most familiar. Thus, Aristotle's statement in the Poetics that dance is rhythmic movement whose purpose is “to represent men's characters as well as what they do and suffer” refers to the central role that dance played in classical Greek theatre, where the chorus through its movements reenacted the themes of the drama during lyric interludes (Encyclopedia Britanica 2007).
Tari adalah gerakan tubuh menurut cara-cara ritmik, biasanya menggunakan iringan musik dan tergantung kepada ruang. Untuk tujuan mengekspresikan sesebuah idea atau emosi, pelepasan/pembebasan energi atau secara sederhana menerima dengan senang hati gerakan itu sendiri.
Tari merupakan sebuah impuls (dorongan) yang kuat, namun dalam bentuknya yaitu seni tari, dorongan itu diarahkan oleh keahlian penari menjadi sesuatu yang secara intens ekspresif, dan boleh menyenangkan penonton, yang merasa tidak ingin atau tidak mampu untuk menari. Ada dua konsep dalam seni tari, yaitu pertama tari sebagai dorongan yang kuat, dan kedua tari sebagai sebuah seni koreografi yang penuh dengan kemahiran, yang hanya dapat dipraktikkan secara luas oleh sedikit penari profesional. Keduanya adalah hal yang paling penting dalam menghubungkan gagasan dengan subjek tari.
Meskipun definisi luas seperti tersebut di atas berlaku pada semua bentuk seni, para filosof dan ahli kritik, melalui sejarah ilmu pengethuan telah mengemukakan berbagai definisi yang berbeda mengenai tari, baik dari yang mendefinisikannya secara luas atau lebih sederhana. Namun definisi tersebut di atas adalah yang paling terkenal di kalangan para penulis tari. Misalnya Aristoteles dalam tulisannya Poetics, yang menyatakan bahwa tari adalah gerakan ritmik yang bertujuan “untuk menghadirkan karakter manusia, apa yang dilakukannya dan apa yang dirasakannya.” Ini merujuk kepada peran utama bahwa tari dipersembahkan pada teater Yunani, yang mana bersama-sama paduan suara dengan gerakan memainkan tema-tema irama, semasa interlude lirik dipersembahkan.
Seorang master tari balet dari Inggeris John Weaver, menulis tahun 1721, yang berargumentasi bahwa tari adalah gerakan yang rapi, dan gerakan yang regular, secara harmoni mengkomposisikan keindahan perilaku, yang berlawanan dengan kegemalaian postur tubuh, dan menjadi bahagian dari postur tubuh itu. Apa yang dikemukakan oleh John Weaver itu tampaknya sangat relevan untuk mendeskripsikan aspek ekspresi dalam balet, yang meformalisasikan estetika dan emosi penari. Pada abad ke-19 seorang ahli sejarah tari dari Perancis, Gaston Vuilier, juga menekanan kualitas lemah lembut, harmoni, dan keindahan dalam tarian, yang berbeda dengan tari yang “benar” yang secara spontanitias boleh digerakkan oleh setiap orang.
Seni koreografi pula mungkin belum dikenal pada masa awal tumbuhnya kebudayaan manusia. Orang-orang saat ini, yang hidup di hutan, masih menari dalam bentuk kasar dan baru merefleksikan ritmik postur. John Martin, seorang ahli kritik tari abad ke-20 menyatakan bahwa tari memegang peran utama sebagai ekspresi fisik dari emosi intemal manusia.
Definisi yang universal mengenai tari haruslah dikembalikan kepada prinsip-prinsip asas tari sebagai sebuah bentuk seni atau aktivitas yang menggunakan tubuh dan gerak yag boleh dilakukan oleh tubuh manusia. Tidak sama dengan gerakan yang kita lakukan sehari-hari, gerak tari tidaklah langsung diarahkan untuk bekerja, berpergian atau mempertahankan hidup. Walau bagaimanapun, sebahagian besar praktik tari, gerakannya diperuntukkan sebagai ekspresi, penikmatan estetika, dan hiburan.
Salah satu motif tari yang paling dasar adalah mengekspresikan dan mengkomunikasikan emosi. Manusia dan juga beberapa jenis hewan selalu menari dengan cara menyalurkan perasaan. Motif tari ini bukan saja diperkuat oleh gerakan meloncat, menghentakkan kaki dan melompat-lompat namun juga didukung oleh emosi yang intens. Tari juga ada yang menggunakan gerak-gerak yang formal, seperti tarian perang pada masyarakat tribal atau tarian rakyat untuk festival. Di sini tari membantu untuk menghasilkan emosi-emosi dan kemudian melepaskannya.
Masyarakat juga menari untuk menikmati pengalaman tubuh dan mengitari alam persekitaran dalam cara yang khas. Tari juga melibatkan gerakan yang ekstrim, seperti melenturkan atau meregangkan tangan, memalingkan wajah ke belakang dan berbagai gerak lainnya. Tari juga melibatkan gerakan yang cenderung diorganisasikan kepada pola-pola ritmik khusus, seperti melangkah membentuk garis, mengitari lantai, menuruti langkah-langkah tertentu, membentuk pola aksen reguler, atau melakukan penekanan gerak.
Semua karakteristik tari dapat menghasilkan keadaan pikiran dan tubuh yang berbeda yang diperoleh dari pengalaman seharian. Tari juga selalu dihubungkaitkan dengan energi atau tenaga. Para penari menjadi lebih dapat mengelola tubuh dan gravitasi. Tari boleh menghsilkan berbagai persepsi mengenai ruang dan waktu terhadap penari. Waktu ditandai oleh susunan ritmik atau gerakan dan oleh durasi tari, sedangkan ruang diorganisasikan oleh keseluruhan gerak penari yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain di pentas.
Dalam kebudayan Barat, para penari umumnya bercita-cita dari sekedar penari amatir (amateur) menjadi penari profesional. Atau menurut sejarah awalnya tari dipersembahkan dalam konteks amatir dan kemudian sesuai perkembangan zaman tari dipersembahkan secara professional. Tari pada masa awal bertujuan difungsikan untuk tujuan religi dan dipraktikkan dalam upacara ritual.
Secara frekuensi, dalam tarian religius, para penari adalah subjek dari latihan fisik yang intensif dan juga menjadi bahagian dari spiritual itu sendiri. Para penari religius ini mendapat posisi sosial tertentu di dalam sesebuah masyarakat. Di dalam masyarakat Hawaii misalnya penari hula, menjadi bahagian dari upacara yang sifatnya sakral dan tertutup. Sementara di India para penari religius dipandang sebagai titisan dewa atu perantara dengan para dewa (Encyclopedia Brittanica 2007).
Tari adalah satu cabang kesenian yang adakalanya berdiri sendiri namun tak jarang pula digunakan dalam seni teater. Dalam budaya Melayu misalnya, berbagai teater mempergunakan seni tari, seperti ada teater makyong, jikei, mek mulung, mendu, menhora dan lainnya. Tari-tarian dalam teater ini sering disebut sebagai tarian teater, kerana fungsi uamanya mendukung situasi dan perwatakan dalam sebuah teater.
Kategori lainnya oleh para pakar tari biasanya dibedakan antara tarian sosial dan tarian rakyat. Perbedaan kedua-dua kategori tari ini juga adalah berasaskan kepada fungsinya di dalam kebudayaan masyarakat. Tari sosial adalah tari yang difungsikan untuk komunikasi dan pergaulan sosial baik untuk masyarakat homogen maupun masyarakat yang heterogen. Dalam kebudayaan Melayu, tari sosial ini contohnya adalah joget, ronggeng, dondang sayang, ahoi dan lainnya. Dalam masyarakat Batak Toba misalnya tari tumba, gondang dan tortor naposo, dan lain-lain.
Sementara itu yang dimaksud dengan tarian rakyat adalah tari tradisional yang hidup dari zaman ke zaman, dan difungsikan dalam pelbagai aktivitas rakyat sebuah kawasan. Dalam kebudayaan Melayu tari rakyat ini contohnya adalah serampang dua belas, tari gubang, tari senandung, tari jala, tari lukah menari, tari inai, tari keris, dan seterusnya. Demikian deskripsi singkat mengenai konsep dan definisi seni pertunjukan, musik, dan tari yang penulis gunakan untuk memperjelas dan mengarahkan konsep serta analisis terhadap manajemen seni.
Dari konsep-konsep atau definisi mengenai kesenian di atas, terlihat dengan jelas bahwa dalam berkesenian pun seseorang itu selain sebagai individu dalam pertunjukan selalu juga melibatkan kelompok sosial senimannya. Seniman-seniman ini ada yang sebagai pemusik, penari, penata rias, penata panggung, manajer pertunjukan, pengawas pertunjukan, produser seni, dan seterusnya. Jadi bagaimanapun diperlukansistem manajemen yang baik, reguler, teratur, dan berkesinambungan agar pertunjukan budaya ini berlangsung terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selain itu dengan adanya pertunjukan budaya, mereka akan mendapatkan penghasilan, dan bisa saja menjadi mata pencaharian utama dalam hidupnya.