ADOPSI SISTEM MANAJEMEN DARI
BUDAYA BARAT
1 Sistem Organisasi
Pada masa sekarang ini, beberapa sistem manajemen dari budaya Barat diambil oleh kelompok-kelompok kesenian di Nusantara ini. Di antaranya adalah bentuk organisasi. Bentuk organisasi kesenian banyak yang menggunakan sistem organisasi Barat, seperti adalanya ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara, ketua bidang musik, ketua bidang tari, tata busana, make-up, manajer panggung, dan lain-lainnya. Dalam kebudayaan Barat sistem manajemen seperti ini disebut sebagai sistem organisasi bentuk garis.
Pada masa kini, oragnisasi-organisasi kesenian, terutama yang ada di kota-kota besar di Nusantara ini, biasanya telah mengadopsi secara penuh atau sebahagian konsep-konsep manajemen yang berasal dari Barat.
2 Profesionalisme Seniman
Selain itu, selaras dengan perkembangan zaman, beberapa aspek manajemen dunia, diadopsi oleh kelompok-kelompok kesenian di Nusantara ini. Di antaranya adalah para pengelola organisasi kesenian sudah banyak yang mengadopsi sistem profesionalisme. Artinya seniman dibayar sesuai dengan perannya di dalam organisasi. Mereka mengembangkan organisasi secara bersama-sama dengan tanggung jawab dan perannya masing-masing. Urusan pendapatan masing-masing telah sejak awal ditentukan dan direncanakan dalam sistem seperti kontrak, persentase pembahagian hasil, distribusi hasil. Seniman dipandang sebagai seorang profesional, yang bekerja, berlatih, main, dan mengurusi kelompoknya untuk keperluan utama dibayar sebagaimana layaknya buruh atau manajer dalam perusahaan-perusahaan modem. Seniman-seniman ini menyadari perlunya jaringan secara nasional, regional, atau global, untuk mengembangkan karya-karya, pementasan, pameran, dan pada gilirannya meningkatkan pendapat seni yang mereka hasilkan dan mereka kelola dalam sistem keorganisasian yang rapi, terkendali, dan terukur.
3 Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen
Selain adopsi diberbagai bidang manajemen, para manajer dan seniman di Nusantara pada masa sekamg ini telah belajar pula baik secara formal atau informal tentang sistem manajemen Barat. Mereka tampak juga ingin mengaplikasikan ilmu ini dalam konteks Nusantara. Di antara pokok-pokok manajemen yang mereka pelajari di antaranya adalah pentingnya fungsi-fungsi manajemen sebagai sebuah pranata sosial, yang kalau diterapkan secara baik akan menjamin kontinuitas kesenian dan kebudayaan pada umumnya. Mereka menyadari pentingnya perencanaan dalam organisasi kesenian. Mereka juga menyadari pentingnya pengorganisasian yang tepat untuk kesenian.
Begitu juga penempatan dan peningkatan sumber daya manusia seniman ini. Karena sudah menyadi kenyataan umum, bagi para manajer seni, mereka merasakan bahwa seniman susah untuk diatur. Kini saatnya juga para seniman harus sadar bahwa kalauia tak mau mengatur dirinya sendiri dan tak mau diaturorang lain, apa yang bisa diperolehnya dari kesenian. Selain itu pengarahan kepada seniman juga menjadi hal yang penting, karena tanpa pengarahan sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan tidak akan berhasil. Pengarahan ini adalah berbentuk motivasi yang datangnya dari dalam diri seniman atau dari pihak manajer kesenian. Perlu ditegaskan bahwa pengarahan ini sebenamya positif bukan untuk mengekangkreativitas, tetapi untuk selalu sadar kepada jalan yang harus ditempuh oleh seniman.
Selain itu, kalau secara tradisional manajemen seni di Nusantara terlalu kuat terikat oleh pimpinan, yang tak mungkin untuk diawasi atau dikritik, mungkin mulailah saatnya setiap organisasi kesenian mempertimbangkan dan menerapkan sistem pengawasan. Karena tanpa pengawasan, yang terjadi pastilah penyimpangan-penyimpangan yang mengakibatkan kerugian secara umum, hanya menguntungkan sedikit sang penyimpang, baik secara material maupun moral. Demikian sekilas adopsi sistem manajemen yang diambil oleh masyarakat kesenian di Nusantara sekarang ini.